PRATIKUM SURFACING REFRAKSI OPTISI STIKES HAKLI SEMARANG
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Lensa secara umum adalah suatu media, glass atau material
lain yang transparan yang memiliki dua permukaan atau daya, baik sejajar atau
lengkung yang berfungsi sebagai sistim optik.
Ilmu Opthalmik
lens adalah suatu lensa yang digunakan untuk mengoreksi atau mengukur
kelainan refraksi mata sehingga mengkompensasikan ketidakseimbangan otot-otot
bola mata. Lensa secara umum dibagi menjadi dua yaitu lensa mineral (Glass) dan lensa organik (plastic).
Bahan dasar lensa mineral (Glass) secara umum adalah solid amorphous dan pasir kuarsa(Si O2) ditambah SODA (sodium karbonat), LIME(calsium
O2). lensa mineral(Glass)
yang terbagi lagi menjadi CROWN, FLINT, BARIUM CROWN.
Bahan dasar lensa organik (plastic) dibagi menjadi dua berdasarkan hasilnya yaitu, thermoplastik dan thermosetting plastik.
Lensa yang baik sangat di perlukan pada saat membuat
kacamata, oleh karena itu pada saat melakukan proses surfacing kita harus teliti dalam melakukan perhitungan, sehingga
pada saat penggosokan tidak terjadi cacat pada lensa.
Pemilihan lensa dengan bahan dan desain terbaik sesuai ukuran dan kebutuhan
pasien adalah tugas utama dari Optometrist dan Refraksionis Optisien.Untuk
melakukan hal ini diberikan informasi mengenai fitur dan manfaat dari bahan dan
desain bagi pasien.
Prosedur penggosokan lensa harus mengikuti alur dan ketentuan yang ada
sehingga menghasilkan kualitas lensa yang baik dan memiliki harga atau nilai jual
yang tinggi.
Proses penggosokan menggunakan mesin handgrinding melalui beberapa tahap
utama yaitu, proses grinding, proses finning dan proses poleshing
B.
TUJUAN
·
Untuk mengetahui bagaimana proses penggosokan lensa
dari mulai lensa blank hingga menjadi lensa jadi.
·
Untuk mengetahui secara langsung kemungkinan kecacatan
lensa yang terjadi dalam teori surfacing saat penggosokan di laboratorium
praktikum
·
Untuk membandingkan berapa banyak persamaan proses
penggosokan antara teori dan praktikum.
C.
TEORI PRATIKUM
Kegiatan
laboratorium optik dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1)
SURFACING LABORATORY
Surfacing
laboratory adalah proses pembuatan dari bahan lensa yang di proses sedemikian
rupa sehingga menjadi lensa semi finish atau lensa setengah jadi yang memiliki
kondisi tebal dan belum mempunyai ukuran di proses menjadi lensa jadi.
Pembuatan lensa pada permukaan dibagi menjadi proses :
a) Bahan
lensa
b) Proses
penggosokan
c) Perhitungan
dalam proses penggosokan
d) Mutu
dan kualitas lensa
e) Pewarnaan
f) Coating
2) FINISHING
LABORATORY
Finishing
laboratory adalah kegiatan di laboratory dimana lensa yang sudah finish di
proses agar dapat di pasang pada bingkai kacamata sesuai dengan kriteria fisik
optik dan refraktif menjadikan kacamata siap pakai. Finishing laboratori biasa
disebut dengan faset.
BAB II
ALAT dan BAHAN
A.
Alat dan bahan dalam proses penggosokan
manual
1. Alat
dan bahan utama
1) Mesin
manual
Mesin sederhana untuk melakukan
penggosokan lensa pada tahap grinding, finning, poleshing secara manual ini
disebut mesin hand grinding. Pada
tiap – tiap penggosokan dianjurkan untuk mengganti dan membersihkan bak
penampung(pan) agar tidak menyisakan cairan baik pada grinding maupun fining
sehinga tidak mengontaminasi lensa pada saat polesh.
Bagian – bagian mesin hand grinding
:
a. Pressure
Arm
Berfungsi sebagai pegangan tangan
dan mengatur tekanan lensa yang sedang digosok.
b. Pin
Berfungsi untuk menekan bagian
tengah blocking body dan berbentuk seperti jarum besar yang dapat diatur
panjang pendeknya.
c. Pan
Sebagai wadah penampung aberasive
selama proses penggosokan.
d. Back
Support
Berfungsi mengatur panjang
pendeknya pressure arm.
2) Tool
Merupakan besi tuang yang digunakan
untuk membentuk kelengkungan lensa. Tool ada dua macam yaitu tool cembung dan
cekung. Tool cembung disebut convex to do concave, yang artinya tool cembung
untuk mengerjakan permukaan lensa cekung. Sedangkan tool cekung disebut concave
to do convex, yang artinya tool cekung untuk mengerjakan permukaan lensa
cembung.
Menurut kegunaannya tool ada 2
yaitu :
a. Tool
spheres, memiliki kelengkungan yang sama pada tiap permukaannya.
b. Tool
cylinder, memiliki kelengkungan yang berbeda pada meridian yang tegak lurus
3) Blocking
body (flipper)
Merupakan proses penempelan lensa
pada flipper dengan menggunakan bahan perekat berupa siongka/ pitch yang
dipanaskan hingga mencair. Blocking ada 2 yaitu : blocking cembung dan cekung.
Blocking body cekung dipasangkan pada lensa blank yang cembung, begitu juga
sebaliknya pada yang cembung.
Kalsifikasi blocking :
a. Berdasrakan
alat dan metode
·
Blocking manual
Dalam pengerjaannya masih
menggunakan tangan. Lensa, siongka, dan blocking body harus dalam keadaan panas
agar posisi lensa dapat diatur center.
·
Blocking otomat
Alat serba otomatis sehingga
penempatan letak pusat optic, penandaan dan blocking dapat dilakukan sekaligus.
Tidak perlu dilakukan pemanasan dan pengaturan posisi lensa.
b. Berdasarkan
lensa yang diblocking
·
Blocking dengan lensa glass
Menggunakan metode manual karena
lensa glass terlalu keras dari plastic dan lebih tahan panas.
·
Blocking dengan lensa plastik
Dilakukan dengan metode otomat
karena lensa ini sangat sensitive terhadap panas dan goresan.
c. Berdasarkan
tujuan penggosokan
·
Untuk proses penggosokan
Yaitu untuk penggosokan lensa blank
sampai menjadi lensa semi finish atau finish.
·
Untuk proses faset
Yaitu pada lensa finish untuk
dipasang pada frame.
d. Berdasarkan
komponen prisma
·
Blocking on centre (no prisma)
Ditujukan untuk proses penggosokan
lensa yang tak memiliki kekuatan prisma yaitu titik blocking berada ditengah
sehingga letak OC = MRP
·
Blocking of centre prism
Pada blocking ini titik blocking
tidak lagi berada dipusat lensa melainkan bergeser sesuai dengan kekuatan
prisma yang diinginkan.
Prosedur blocking manual :
a) Pemilihan
blocking body
Memilih lensa yang akan digosok,
spheres atau cylinder sehingga dapat dipilih permukaan blocking yang tepat.
Blocking body cekung dipasangkan pada lensa blank yang cembung,begitu juga
sebaliknya pada yang cembung.
b) Memanaskan
blocking body sampai panas
c) Memanaskan
lensa
Angkat lensa hingga dekat ujung
nyala api dan pada lensa akan kelihatan uap ketika mulai panas. Jika sudah tak
ada lagi penguapan, berarti lensa sudah panas.
d) Menyatukan
lensa dengan blocking body
Blocking body yang telah panas tadi
ditetesi dengan siongka yang telah dilelehkan. Atur banyak sedikitnya aliran
dengan memutar gob stick, ketika siongka telah cukup banyak untuk blocking,
hentikan segera tempelkan lensa dan atur agar lensa tepat ditengah blocking
body.
4) Aberasive
Merupakan bahan pokok dalam
peggosokan lensa. Pada grinding dipakai aberasive M-60, finning M-303,
polishing M-305.
Kategori
nomor
|
penggunaan
|
Ukuran
mesh dalam inchi
|
Ukuran
partikel dalam mikron
|
M-60
|
Rough
grinding
|
60
|
250
|
M-100
|
Medium
grinding
|
100
|
123
|
M-180
|
Grinding
|
180
|
88
|
M-302
|
Smoothing
|
400
|
22
|
M-302,5
|
Finishing
|
600
|
18
|
M-303
|
Fine
finish
|
800
|
15
|
M-303,5
|
Extra
fine
|
1200
|
11
|
M-304
|
Super
fine
|
1600
|
8
|
M-305
|
Ultra
fine
|
3200
|
5
|
Tabel aberasive
2. Alat
dan bahan pendukung
a) Perekat
Bahan ini terbuat dari lilin malam
atau bisa dengan siongka yang merupakan campuran dari aspal dengan arpus. Atau
terkadang menggunakan alloy pada proses semi otomat. Fungsi perekat adalah
sebagai media pembantu untuk merekatkan lensa dengan blocking body. Alloy
sendiri terbagi menjadi tiga macam yaitu :
§ Tipe
A 115ºF untuk lensa palstik / CR-39
§ Tpe
B 117ºF untuk lensa glass / Crown
§ Tipe
C 168ºF untuk lensa photocromic / Hi Index
b) Pemanas
Alat pemanas bisa berupa kompor
yang berguna untuk melelehkan atau mencairkan perekat, memanaskan lensa dan
blocking body, juga untuk memanaskan tool yang akan dilapisi polishing pad.
c) Maal
Merupakan alat untuk mengukur
kelengkungan tool dan memastikan ukurasn tool yang akan digunakan, memeriksa
apakah tool masih sesuai kelengkungannya. Bisa juga untuk memeriksa hasil
kelengkungan lensa setelah digosok.
d) Thickness
gauge dan Kaliper
Kedua alat ini berfungsi untuk
mengukur tebal lensa. Thickness gauge dipakai dibagian lay out dan kaliper
dipakai oleh operator mesin. Thickness
gauge dipakai untuk mengukur tebal lensa bahan dalam laboratorium yang
menggunakan generator, alat ini guna menentukan tebal lensa yang akan dibuang.
Bagian lensa yang diukur adalah yang bagian tengahnya. Sedangkan kaliper untuk mengukur tebal tepi lensa
diluar blocking body. Pada laboratorium manual, thickness gauge kurang
berfungsi karena tebal lensa jadi dapat diperkirakan.
e) Protaktor
Bentuknya seperti busur derajat dan
digunakan untuk menetapkan inset segment bifocal, pusat optic, axis cylinder,
dan arah prisma.
f) Polishing
pad
Bahan ini harus menyerap air, liat,
tak mudah kusut, halus dan lembut agar tak menggores permukaan lensa. Untuk
laboratorium manual, lebih hemat jika memakai bahan yang umum seperti karpet
atau kain drill dan hasilnya cukup memuaskan.
3. Alat
bantu lainnya
Bahan yang penting lainnya seperti
palu untuk deblocking, tang, penjepit, utnuk memegang blocking body, Dn tool
saat masih panas dan juga baki berisi air untuk mendinginkan lensa, blocking
body dan tool. Serta kartu kerja atau work form untuk mencatat data – data
mengenai lensa yang akan diproses.
BAB III
PROSES PRAKTIKUM
A. Tahap
Persiapan Penggosokan
Persiapan alat dan bahan
Ø Mesin
hand grinding harus dalam keadaan baik.
Ø Tool
diperiksa kelengkungan dan pemukaannya dengan maal.
Ø Blocking
body harus bersih dari perekat
Ø Periksa
aberasive, usahakan tak tercampur satu dengan yang lainnya.
Ø Periksa
polishing pad dan perekat.
Ø Kaliper
harus jelas
1. Kartu
kerja
Pengisian kartu kerja bertujuan
untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Kartu ini berisi identitas sesuai
resep, yaitu base curve,power, diameter,tebal lensa, bahan lensa, jenis dan
warna lensa, index bias, lapisan,jenis lensa cylinder atau spheris.
2. Pemeriksaan
lensa bahan
Lensa bahan diperiksa dahulu
mengenai jenisnya (sv,bifocal, trifocal, atu multifokal), warna , diameter dan
tebal. Juga harus teliti apakah ada cacat, retak atau kotoran yang melekat pada
lensa.
3. Penentuan
tebal lensa bahan
Tebal lensa bahan disesuaikan
dengan dioptri lensa yang dipesan atau diresepkan. Penentuan tebal lensa bahan
pada penggosokan lensa single vision mulai dari 3mm sampai dengan 12mm.
Penghitungannya dilakukan dengan beberapa rumus.
4. Penentuan
base curve
Penentuan base curve berdasarkan
power yang akan dibuat. Dengan memperhitungkan segi kenyamanan, keindahan, dan
tujuan yang meminimalisir kesulitan, dipilih lensa jadi yang tak terlalu
cembung. Oleh karena itu, base curve dipilih sedatar mungkin patokan untuk
menentukan base curve lensa :
-8
s/d -12 D
|
Plano
dasar
|
-5
s/d -9 D
|
2
|
-1,5
s/d -6 D
|
4
|
Plano
s/d -2 D
|
6
|
Plano
s/d +2 D
|
6
|
+1,5
s/d +6 D
|
8
|
+5
s/d +9 D
|
10
|
+8
s/d +12 D
|
12
|
Tabel tetapan penggosokan lensa
5. Ganti
rugi lapisan tool
Prinsip kompensasi pada lapisan tool adalah
membandingkan tool yang tidak berlapisan dengan tool yang berlapisan dan
dihitung dengan rumus.
6. Penandaan
lensa
Penandaan meliputi baki kerja, lensa R untuk kanan
dan L untuk kiri, axis cylinder dan prisma serta bagian mana yang harus lebih
tebal atau tipis. Dalam penggosokan manual penandaan dilakukan drngan bantuan
protaktor yang berbentuk seperti busur derajat.
7. Precoat
Precoat adalah pemberian lapisan dasar sebelum
blocking agar perlekatan lensa dan blocking menjadi lebih baik dan melindungi
permukaan lensa yang sudah jadi. Pada laboratorium manual proses ini merupakan
pilihan yang bolrh dilakukan atau tidak.
8. Blocking
v Criteria
blocking benar adalah :
a. Pemasangan
lensa benar- benar terkonsentrasi pada pusat optic.
b. Tidak
terjadi decentrasi atau prisma.
c. Tercapai
kelegkungan yang benar dan terpoles sesuai dengan resep kacamata.
v Sasaran
ketepatan blocking :
a. Ketepatan
ukuran hasil penggosokan sesuai resep.
b. Keamanan
lensa selama proses penggosokan
c. Keamanan
kerja selama blocking dan penggosokan
d. Peningkatan
efisiensi dan penurunan biaya.
v Prosedur
blocking manual :
a. Pemilihan
blocking body
Memilih lensa yang akan digosok, spheres atau cylinder
sehingga dapat dipilih permukaan blocking yang tepat. Blocking body cekung
dipasangkan pada lensa blank yang cembung begitu juga sebaliknya pada yang
cembung.
b. Pemilihan
permukaan temple
Bila permukaan yang ditempelkan concave, maka yang
dipilih permukaan blocking body convex dan sebaliknya.
c. Memanaskan
blocking body sampai blocking panas.
d. Memanaskan
lensa
Angkat lensa hingga dekat ujung nyala api dan pada
lensa akan kelihatan uap ketika mulai panas. Jika sudah tak ada lagi penguapan,
berati lensa sudah panas.
e. Menyatukan
lensa dengan blocking body
Blocking body yang telah panas tadi ditetesi dengan
siongka atas perekat yang telah dilelehkan. Atur banyak dikitnya aliran dengan
memutar gob stick, ketika siongka telah cukup banyak untuk blocking hentikan
segera pasangankan lensa blank yang sudah dipanaskan tadi, ratakan dan tekan
dengan ibu jari agar merekat kuat. Pastikan lensa sudah center / ditengah –
tengah.
B. Tahap
pelaksanaan penggosokan
1. Tujuan
penggosokan lensa adalah untuk :
o
Memberikan kelengkungan tertentu pada
lensa D1 atau D2
o
Pada penggosokan D2 mengurangi tebal
lensa sampai ketebalan yang diinginkan
o
Menjadikan kedua permukaan lensa licin
optik sehingga lensa dapat memberikan daya bias yang diinginkan.
2. Tahap
penggosokan
a. Grinding
Pada tahap ini aberasive yang dipakai adalah M-180.
Namun, jika kelengkungan yang dibuat berbedaa jauh dengan kelengkungan lensa
bahan, boleh didahuli dengan M-60 yang lebih kasar dan tajam agar proses
pengikisan permukaan lebih cepat. Kemudian baru dilanjutkan dengan M-180 yang
lebih halus untuk mempermudah proses selanjutnya.ketebalan lensa yang terkikis
sekitar 0,4 – 1 mm. Sebelumnya csmpur aberasive dan air dengan perbandingan 1 :
3. Pemberian aberasive dilakukan dengan sendok dengan dituangkan sedikit demi
sedikit pada tool yang sedang berputar sambil menggerak – gerakkan lensa dengan
pressure arm.
Tahap
grinding dimulai dengan memasang tool pada poros mesin hand grinding. Atur pin
sesuai kebutuhan. Berikan sedikit aberasive pada tool. Taruh pin dari tangkai mesin
kelubang tengah blocking body, pegang pressure
arm dengan mantap tapi jangan terlalu ditekan dan posisikan lensa antara
tengah dan tepi tool. Jalankan mesin sambil digerak – gerakkan pressure armnya agar lensa tergosok
merata pada tool. Setelah beberapa menit, hentikan mesin dan ambil lensa. Cuci
bersih dan periksa permukaannya. Hasil penggosokan ini masih kasar seperti
kulit jeruk purut. Setelah proses selesai, ambil tool dan pan dari mesin lalu
cici bersih ( hal ini jika menggunakan mesin hand grinding yang sama).
b.
Finning
Mesin, cara kerja, dan tool untuk
finning sama dengan grinding tapi aberasive yang dipakai adalah M-303.
Pasang
tool pada poros mesin. Berikan sedikit aberasivenya yang sudah dicampur dengan
air dengan perbandingan 1 : 1 pada tool dan letakkan lensa diatasnya lalu
pasangkan pin pada lubang blocking body. Pegang pressure arm dengan mantap
namun jangan terlalu ditekan dan posisikan lensa antara tengah dan tepi tool.
Prosesnya sama dengan pada saat saat proses grinding. Hasil penggosokan lensa
ini adalah permukaan lensa yang buram dan berwarna putih susu tana gores atau
titik ( pin). Setelah selesai ambil tool, cuci bersih begitu juga mesin lensa
dan blocking body.
c. Polishing
Pada tahap ini menggunakan abrasive
M-305 yang dicampur dengan air dengan perbandingan 3 : 1. Tool yang digunakan
dilapisi dengan polishing pad agar lensa menjadi licin optic. Proses penempelan
pad yaitu :
o
Panaskan perekat dan tool
o
Bila perekat telah panas dan mencair dan
tool juga panas, berilah permukaan tool dengan perekat atau siongka secara
merata dan setipis mungkin.
o
Turunkan tool dari pemanas kemudian
tempelkan pad pada tool dengan ukuran menutupi seluruh permukaan tool.
o
Dipres dengan tool lawannya.
o
Biarkan kurang lebih 3 menit agar pad melekat kuat. Lalu direndam
dalam baki berisi air agar cepat dingin.
o
Setelah dingin , angkat dan rapikan kain
mengikuti bentuk permukaan tool.
Setelah siap semua, pasangkan tool pada pros mesin
dan stel mesin. Berikan cairan polesh sampai terlihat basah. Letakkan lensa diatas
kain pegang pressure arm dengan mantap tapi jangan terlalu ditekan dan
posisikan lensa antara tengah dan tepi tool.
Jalankan mesin sambil digerak – gerakkan pressure armnya agar lensa
tergosok merata pada tool. Jangan terlalu sering memberikan cairan polesh, tspi
tunggu sampai kain terlihat kering. Setelah 5 – 10 menit tergantung power yang
dikerjkan, hentikan mesin dan ambil lensa. Cuci bersih dan periksa
permukaannya. Sudah licin optik atau belum atau masih ada gores atau gray,
kalau perlu ulangi lagi proses ini.
d. Tahap
penyelesaian penggosokan
1. Deblocking
Pada tahap ini lensa akan dilepas
dari blocking body / flipper dengan cara pengetokan. Pengetokan dilakukan
dengan palu dan diketok pada blocking body, sehingga dengan pemberian tekanan
palu lensa dapat terlepas. Namun, harus hati – hati terkadang jika pengetokan
yang terlalu keras menyebabkan lensa pecah. Jika terlalu pelan menyebabkan
lensa tidak mau lepas. Alternatif lain adalah dengan merendampnya kedalam
minyak tanh. Alloy / siongka akan menjadi agak liat jika terkena minyak tanah
sehingga lensa mudah dilepas.
2. Cleaning
Lensa yang telah dilepas dari
blocking body kemudian dibersihkan dengan air bersih atau spirtus dan
dikeringkan dengan tisu atau kain lap bersih.
e. Pemeriksaan
hasil pengggosokkan
1. Pemeriksaan
licim optik
Untuk mengetahui permukaan lensa hasil
penggosokkan licin optic atau tidak, dilakukan dengan pemeriksaan pada
permukaan depan dan belakang lensa dengan menggunakan lampu pijar 40 watt dan
dengan perbesaran lensa S + 10.00.
2. Pemeriksaan
bagian dalam lensa
Untuk melihat ada tidaknya schrates,
gray, pin dan cacat lainnnya memakai lampu pijar 40 watt dan lensa S+ 10.00
dengan jarak 30,5 cm.
3. Pemeriksaan
lengkung lensa
Dilakukan dengan lensa clock atau
lens gauge.
4. Pemeriksaan
kekuatan lensa
Hal ini dilakukan dengan bantuan
alat lensometer.
C.
Kriteria Penggosokan yang Baik
1.
Licin
optk
Lensa yang licin optic memiliki
ciri – ciri memiliki daya pantul yang baik pada permukaan lensa, tak ada
kelainan / cacat pada lensa.
2.
Transparan
Lensa harus mempunyai kemapuan
untuk meneruskan atau mentransmisikan cahaya dengan baik.
3.
Mempunyai
base curve sesuai yang diharapkan.
4.
Ketebalan
lensa sesuai dengan standar baik tepi maupun tengahnya.
D.
Kelainan – Kelainan Pada lensa
1.
Scratches
Merupakan goresan kecil yang
terdapat pada permukaan lensa, penyebabnya adalah :
§ Tool
terkontaminasi dan aberasive tercampur satu dengan yang lain.
§ Saat
deblocking tidak hati – hati.
§ Cleaning
dengan kain yang tidak bersih.
Cara mengatasi :
§ Coba
polesh lagi beberapa menit ( jika goresan sedikit )
§ Lakukan
finning lagi lalu polesh ( jika goresan lebih besar )
2.
Waves
Merupakan keadaan permukaan lensa
yang bergelombang yang timbul karena :
§ Perekat
lembek karena pengaruh panas yang timbul saat poleshing
§ Pemakaian
tool yang tak merata.
§ Tekanan
pada proses pengosokan tidak stabil
Cara mengatasi :
§ Lakukan
finning kembali lalu polesh.
3.
Gray
Merupakan permukaan lensa yang
kelabu dan terlihat seperti kabut tipis yang sulit dibersihkan. Penyebabbta
adalah :
§ Penempelan
blocking body dan lensa yang tidak center.
§ Penggunaan
tool salah atau tidak sama.
§ Campuran
aberasive M-305 dengan air sangat encer.
§ Tekanan
yang tak sama saat penggosokan
§ Waktu
penggosokan terlalu singkat.
Cara mengatasi gray pada seluruh
permukaan :
§ Pad
terlalu keras dan perlu diganti.
§ Pastikan
polesh merata pada tool bukan lensa
§ Bubuk
polesh perlu ditambah.
§ Perlu
tekanan lebih pada pressure arm 5 – 7 kg.
§ Tool
finning tidak efektif.
Cara mengatasi gray dibagian tengah
:
§ Cek
posisi lensa tepat pada blocking body.
§ Periksa
pad mungkin perlu diubah.
§ Posisi
lensa untuk polesh sedikit kearah tepi tool.
§ Kemungkinan
tool grinding dan polesh tidak cocok.
Cara mengatasi gray dibagian
pinggir :
§ Melakukan
seperti diatas kecuali menggerakkan lensa kearah tengah tool.
4.
Pin
( bintik )
Merupakan kelainan yang timbul akibat finning yang kurang sempurna
Cara mengatasinya : lakukan finning
kembali lalu polesh.
5.
Power
tidak sesuai
Hasil ukuran tidak sesuai
disebabkan karena salah memilih tool.
Pada praktikum ini kami menggosok lensa untuk
pembuatan ukuran – 2 dengan perancangan
penggosokan sebagai berikut :
D =
58 ; tool = 6/8 ; n =1,523 ; P = -2
1) Mencari
radius
R
= = = = 0,2615 m = 261,5
Mencari
T
2)
3) Sagita
4) Tc
= OC
Tc
= 6
Tc
= 8
Tc
=
Tc
= 8,03996
5) ET
= CT + S
ET
= 1,7 + 1,60
ET
= 3,3 mm
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Pengukuran Tahap Proses masing-masing kelompok
v Tool
NO
|
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
|
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
|
1.
|
5
|
25
|
2.
|
5
|
25
|
3.
|
5
|
25
|
4.
|
5
|
25
|
5.
|
10
|
100
|
6.
|
10
|
100
|
7.
|
10
|
100
|
8.
|
10
|
100
|
N=8
|
= 60
|
=
500
|
a)
Tes
Kecukupan Data
=
b)
Waktu
Normal (WN) Pemilihan Tool
= A. (C1) = +0,06
|
TOTAL = +1+0,04
|
WN= Xrata-rata
c)
All. Tool
A=10 D=2 (baik)
B=8 E=4 (normal)
C=2 G=2
Jadi, waktu baku untuk
pencarian tool adalah 12',14''
v Pemasakan Siongka
NO
|
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
|
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
|
1.
|
15
|
225
|
2.
|
15
|
225
|
3.
|
10
|
100
|
4.
|
10
|
100
|
5.
|
10
|
100
|
6.
|
10
|
100
|
7.
|
10
|
100
|
8.
|
10
|
100
|
N=8
|
= 90
|
=
1.050
|
a)
Tes
Kecukupan Data
= 7,69 (data cukup)
b)
Waktu
Normal (WN) Pemilihan Tool
= A. (C1) = +0,06
|
TOTAL = +1+0,04 =1,04
|
WN= Xrata-rata
c)
All. Pemasakan siongka
A=4 D=2(baik) G=2
B=8 E=3(normal)
C=0 F=2
Jadi, waktu baku untuk
pemanasan siongka adalah 16',15''
v Blocking
NO
|
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
|
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
|
1.
|
30
|
900
|
2.
|
30
|
900
|
3.
|
30
|
900
|
4.
|
30
|
900
|
5.
|
5
|
25
|
6.
|
5
|
25
|
7.
|
5
|
25
|
8.
|
5
|
25
|
N=8
|
= 140
|
=
3.700
|
a)
Tes
Kecukupan Data
= 28,57 (data berlebih)
b)
Waktu
Normal (WN) Pemilihan Tool
= A. (D) = 0,00
|
TOTAL = +1+0,03 =1,03
|
WN= Xrata-rata
c)
All. blocking
A=6 D=2(baik) G=2
B=4 E=2(normal)
C=2 F=2
Jadi, waktu baku untuk
pemanasan siongka adalah 22',52''
v Grinding
NO
|
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
|
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
|
1.
|
18
|
900
|
2.
|
15
|
900
|
3.
|
35
|
900
|
4.
|
20
|
900
|
5.
|
8
|
25
|
6.
|
7,52
|
25
|
7.
|
8,04
|
25
|
8.
|
4,57
|
25
|
N=8
|
= 116,13
|
=
20,88
|
a)
Tes
Kecukupan Data
= 25,66 (data berlebih)
b)
Waktu
Normal (WN) Pemilihan Tool
= A. (C1) = 0,06
|
TOTAL = +1+0,14 =1,14
|
WN= Xrata-rata
c)
All. grinding
A=10 D=2(baik) G=2
B=2 E=2(normal)
C=1 F=2
Jadi, waktu baku untuk
pemanasan siongka adalah 21',24''
v Finning
NO
|
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
|
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
|
1.
|
13
|
169
|
2.
|
13
|
169
|
3.
|
15
|
225
|
4.
|
13
|
169
|
5.
|
20
|
400
|
6.
|
8
|
64
|
7.
|
11,10
|
123,21
|
8.
|
9,1
|
82,81
|
N=8
|
= 102,2
|
=
10444,8
|
a)
Tes
Kecukupan Data
= 10,86 (data berlebih)
b)
Waktu
Normal (WN) Pemilihan Tool
= A. (C1) = 0,06
|
TOTAL = +1+0,15 =1,15
|
WN= Xrata-rata
c)
All. grinding
A=10 D=2(baik) G=2
B=2 E=2(normal)
C=1 F=2
Jadi, waktu baku untuk
pemanasan siongka adalah 18',50''
aduh pusing liatnya walpappernya sama tulisan bikin pusing
BalasHapus